Fenomena Silat Kuntau
Perjalanan hidup saya dari Pulau Jawa ke
pulau Sumatera, tak mengubah minat saya terhadap Silat sebagai olahraga yang
menyenangkan. Bukan pendekar, namun setidaknya dengan silat dapat lebih
memaksimalkan vitalitas dan kesehatan. Apalagi silat dalam kajian saya
merupakan warisan nenek moyang yang sebenarnya didalamnya mengandung norma-
norma luhur atau pendidikan budi pekerti Luhur.
Tahun 1991, dari Jawa Timur sampailah
saya di Sumatera, tepatnya di Belitang- OKU. Dan disinilah saya mulai mendengar
tentang Silat Tradisional Kuntau, selintas saya teringat dengan Kuntao nya
Barongsai.. mungkin ada keterkaitan riwayat, tapi saya belum menelusurinya.
Silat Kuntau saya pahami sebagai silat
tradisional yang diklaim masyarakat wilayah Lampung, Palembang, Ogan, Semendo
dan Komering dan sekitarnya sebagai silat asli mereka.
Silat sebagai salah satu minat saya, maka
informasi silat Kuntau pun segera saya cari, namun kecewa.. Beberapa informasi
dari kawan- kawan tak lebih dari seperti ini: Kakek saya.. paman.. ayah..
yang tahu pasti tentang Kuntau, dulu mereka latihan di hutan pada malam hari..
saya belum tahu.. saya belum di kasih.. itu nggak sembarangan, hanya diturunkan
kepada keturunan yang dipilih.
Dan narasumber informasi yang kutanya,
cucu sang pendekar Kuntau adalah justru anggota silat beladiri modern, karate
dan sejenisnya.. dan mengatakan tidak berminat untuk meneruskan ajaran
kakeknya.. dengan alasan ribet atau tidak diajarkan!
Sampai pada tahun 2001 saya baru
kesampaian melihat gerak silat Kuntau, seorang pemuda dari Komering tidak
keberatan menunjukkan kebolehan mengatraksikan jurus- jurus dan tehnik beladiri
Kuntau, sangat ringkas dan praktis! Terdapat 12 jurus/ tehnik yang digabungkan
dalam satu pencak yang disebut sebagai tari!
Selamatkan Silat Kuntau
dari Kepunahan!
Seorang pemuda Komering setelah beberapa
saat setelah berkenalan dan berdialog pun pada akhirnya menunjukkan satu
rangkaian jurus kuntau yang disebut sebagai tari, ringkas dan praktis! Namun
sekali lagi.. keberatan ketika diminta memberikan panduan/ pengenalan kepada
beberapa siswa saya. Kebetulan saat itu seorang siswa Sanggar hadir dan
menyaksikan demo tsb.
“Saya terikat perjanjian dengan Guru
saya, jadi tidak bisa mengajarkan. Namun demi persahabatan saya bersedia
mempraktekkan beberapa tehnik dengan murid mas, bahkan mengundang mas untuk
bertemu dengan Guru.. ” jelasnya.
Undangan tinggal undangan saja, beberapa
bulan kemudian tak lagi tampak pemuda itu, entah kemana.
Yang tampak kemudian adalah fenomena yang terdahulu, para pemuda yang mengagungkan silat leluhur mereka, namun mereka tidak pernah tahu pasti, hanya eyang, ayah dan paman- paman mereka yang diceritakan: berlatih dihutan pada malam hari secara rahasia.
Bahkan beberapa diantara mereka ada yang “besar kelakar”.. caknyo bae: seolah mereka adalah pendekar kuntau.
Saya merupakan salah satu dari banyak
pecinta budaya luhur di negeri ini, dan mengelola kecintaan saya dalam sebuah
perkumpulan budaya Sanggar Silaturahmi Pangastuti di Sumatera
Selatan. Dengan itikad positif, jika anda seorang pendekar atau pecinta silat
Kuntau, dengan senang hati dan berterimakasih apabila memberikan informasi
kepada kami untuk lestarinya Silat Tradisional Kuntau. Selamatkan Silat Kuntau
dari Kepunahan!
Sumber : https://silaturahmi.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar