PERJALANAN PENCAK SILAT HIMSSI (HIMPUNAN SENI SILAT INDONESIA)
SEJARAH HIMSSI SECARA UMUM
Bermula dari seorang pendekar silat bernama Asmudin (46 Tahun) dengan nama kecil Teuku Abdul Mun’im Al Qudsi adalah seorang pendekar yang berguru kepada Sayyidina Amin dan Teuku Muhammad Zein Al Qudsi keduanya adalah pendekar ahli Hikmah dan Bathiniah. Setelah usia dewasa Asmudin menamatkan Al Qur’an dan berbekal ilmu silat maka bergabunglah dengan perguruan Tapak Suci di kota Palembang dan diangkat sebagai pelatih pada tahun 1974 dibawah pimpinan Drs. Tochlon Abdur Ra’uf dan Pelatih Drs. Sahlanuddin serta pendekar Tapak Suci masa itu bernama Ahmad Sjarif pada akhir tahun 1976 perguruan Tapak Suci melaksanakan yang dinamakan gerakan komando Jihad.
Namun yang namanya Asmudin tidak terlibat secara total dalam kegiatan komando Jihad tersebut. Bersama sahabat-sahabatnya antara lain Helmi Yoga, Mansyur Effendi, M. Akib, Fauzi Hamid, Purwadi, Abdul Manan, Men Satria, Abdul Kadir BSc, Lukman Hambali BA, Sahrul dan Asep Mulyana menghimpun diri menyikapi kejadian gerakan komando jihad tersebut sehingga terbetiklah khabar bahwa seluruh yang namanya di atas dinyatakan terlibat. Namun kepiawaian dari Helmi Yoga berusaha menentramkan kembali para pesilat tersebut untuk tetap pada koridor persilat. Maka Helmi Yoga membawa dan memperkenalkan sekaligus seorang guru silat yang bernama pendekar Tubagus Nasuha.
Peserta didik Himssi sumber : |
Pada tahun 1977 Asmudin beserta sahabat-sahabatnya dan guru barunya yang bernama Pendekar Tubagus Nasuha yang berasal dari Ciomas Banten Jawa Barat keturunan Cirebon mendirikan organisasi silat yang bernama SIBELATIS (Silat Beladiri Praktis) dengan ketua Mursal Amir tempat latihan berada di lokasi Pabrik Ban Intirub Sungai Lais Palembang. Selama satu setengah tahun. Asmudin bersama sahabat-sahabatnya melatih dan berlatih pada perguruan Sibelatis tersebut maka terjadilah ketidak cocokan antara pengurus perguruan Sibelatis dengan para pelatih silat tersebut. Dalam pada itu Asmudin bersama sahabat-sahabatnya tetap berlatih dengan pendekar Tubagus Nasuha dengan lokasi latihan berpindah-pindah antara lain di Celentang Kenten 8 Hilir SMP Negeri 4, Rumah sakit Ibnu Sina, Talang Gerunik Plaju, SMOA. Sementara itu pusat lokasi latihan di Celentang Kenten 8 Hilir bertempat pada lokasi rumah Sarwitak, Sumarak, dan Sumarno yang merupakan murid-murid dari Pendekar Tubagus Nasuha terdahulu.
Setelah terjadi perbedaan pendapat yang sangat dalam sehingga tidak ada kesepakatan lagi dengan Mursal Amir (sebagai pimpinan perguruan) maka Asmudin beserta sahabat-sahabatnya bermusyawarah untuk keluar dari perguruan Sibelatis dan ingin mendirikan perguruan baru.
Pada motto yang lain berbunyi : ”Generasi ksatria adalah generasi yang mencintai, melestarikan serta mengembangkan pencak silat sepanjang masa”. Kemudian ada juga motto yang berbunyi : ”Dengan iman dan akhlak aku menjadi kuat tanpa iman dan akhlak aku menjadi lemah”. Hal ini dimaksudkan perguruan HIMSSI yang akan didirikan mempunyai sendi-sendi yang kokoh seperti generasi muda harus ksatria, mencintai, melestarikan da mengembangkan pencak silat dalam arti yang seluas-luasnya yang berlandaskan akhlak yang baik.
Pada tahun 1979 pada bulan Maret Asmudin beserta sahabat-sahabatnya dan gurunya Pendekar Tubagus Nasuha dengan mengambil tempat di kantor Sekretariat Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) tingkat I Sumatra Selatan Jalan Rajawali 8 Ilir Palembang mengadakan musyawarah dan mufakat dicapai pada tanggal 30 Maret 1979 didirikanlah Himpunan Seni Silat Indonesia (HIMSSI). Dengan ketua umum Kolonel Yahya Bahar (Ketua LVRI Sumsel), Drs. Sony Andar Soemasto (Kabid Keolahragaan Dep P dan K Sumsel) sebagai ketua dan Drs. Badono Abdur Rahman (Staf. Bidang keolahragaan Dep P dan K Sumsel) sebagai Sekretaris umum serta Soemardi sebagai wakil sekretaris dan Abdul Kadir BA sebagai bendahara serta Lukman Hambali BA sebagai wakil bendahara. Sementara itu Asmudin beserta sahabat-sahabatnya sebagai pelatih-pelatih kepala.
http://himssinews.blogspot.com |
Sementara itu sahabat-sahabatnya antara lain Helmi Yoga di Kabupaten Lahat, Abdul Manan di Kabupaten Muara Enim, M. Akib di Kabupaten Bangka, Mansyur Effendi di Kabupaten Belitung, Men Satria di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Fauzi Hamid di Kabupaten Musirawas, Purwadi di Kodya Palembang bersama dengan Abdul Kadir dan Lukman Hambali. Untuk kawan-kawan seperti Sahrul dan Asep Mulyana mengundurkan diri pada tahun 1979 sebelum HIMSSI didirikan.
Pada bulan Agustus 1981 dimulainya penataran olahraga pencak silat kepada Intelpam dan Brigade Mobil (Brimob) Polda Sumsel berlangsung selama 1 tahun, dalam pada itu Asmudin beserta sahabat-sahabatnya juga melaksanakan pendirian HIMSSI di tingkat-tingkat komisariat, ranting, dan cabang.
Pendirian HIMSSI diutamakan di sekolah-sekolah dalam wilayah Kodya Palembang. Asmudin mendirikan HIMSSI di aula kecamatan Ilir Timur II dengan jumlah anggota 135 orang dan SMP Negeri 8 Palembang dengan jumlah anggota 160 orang. Untuk asisten pelatih Asmudin mendidik pesilat yang bernama Usman dan Ali Sobri. Sahabat-sahabat Asmudin seperti Poerwadi mendirikan HIMSSI di Jl.Pendawa Komplek APDN, Helmi Yoga mendirikan HIMSSI di Jl. Sekojo Komplek Arhanud, M. Akib mendirikan HIMSSI di Halaman Kanwil P dan K Sumsel, Mansyur Efendi mendirikan HIMSSI di Mata Merah Sungai Lais Palembang, Fauzi Hamid mendirikan HIMSSI di Komplek PUSRI Palembang, Men Satria mendirikan HIMSSI di Bukit Besar Talang Gerunik, Abdul Manan mendirikan HIMSSI di Plaju Palembang. Masing-masing pelatih melaksanakan pembinaan dan pendidikan kaderisasi calon-calon pelatih sebagai kelengkapan kegiatan pencak silat HIMSSI. Pada bulan Desember 1981 Guru besar HIMSSI Pendekar Tubagus Nasuha mengangkat dan mengambil sumpah Asmudin sebagai Pendekar Muda HIMSSI yang lokasi pelaksanaan kegiatan tersebut di Bukit Siguntang Mahameru Palembang.
Isi sumpah tersebut antara lain :
“Billaahi, Tallaahi, Wallaahi, Aku (Asmudin) bersumpah akan selalu patuh taat kepada Ayah Ibu dan Guru (Pendekar Tubagus Nasuha). Akan selalu menghormati sesama pelatih dan atau pendekar sepanjang yang di Ridhai Allah SWT. Akan selalu berlatih dan melatih dengan disiplin dan penuh tanggung jawab kepada perguruan. Akan selalu menyayangi dan membiina anggota HIMSSI yang saya pimpin. Akan selalu mendirikan HIMSSI dan menjaga nama baik perguruan HIMSSI dimanapun aku berada”. Akhirnya, dengan iman dan Akhlak aku menjadi kuat tanpa iman dan akhlak aku menjadi lemah. Laahaulawalaa quwwata illa billa hill a’liyil adzziim.
Setelah pengambilan sumpah tersebut maka Asmudin bersiap-siap hendak hijrah dan mengembangkan HIMSSI pada daerah lain. Pada tanggal 26 Desember 1981 Asmudin hijrah ke Pekanbaru Propinsi Riau sebagai Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (TKS - BUTSI A. XIII RIAU) yang di tempatkan di desa Talang Tujuh Buah Tangga sebagai desa Binaan dan desa Kuantan Tenang di kecamatan Pasir Penyu - Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu.
Setelah pengambilan sumpah tersebut maka Asmudin bersiap-siap hendak hijrah dan mengembangkan HIMSSI pada daerah lain. Pada tanggal 26 Desember 1981 Asmudin hijrah ke Pekanbaru Propinsi Riau sebagai Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (TKS - BUTSI A. XIII RIAU) yang di tempatkan di desa Talang Tujuh Buah Tangga sebagai desa Binaan dan desa Kuantan Tenang di kecamatan Pasir Penyu - Air Molek Kabupaten Indragiri Hulu.
1. Sabuk Putih
2. Sabuk Kuning Polos
3. Sabuk Kuning Peled
4. Sabuk Hijau Polos
5. Sabuk Hijau Peled
6. Sabuk Biru Polos
7. Sabuk Biru Pelatih Remaja (Memakai Baju Merah)
8. Sabuk Merah Pelatih Taruna (Memakai Baju Kuning)
9. Sabuk Hitam Pelatih Muda (Memakai Baju Putih)
2. Sabuk Kuning Polos
3. Sabuk Kuning Peled
4. Sabuk Hijau Polos
5. Sabuk Hijau Peled
6. Sabuk Biru Polos
7. Sabuk Biru Pelatih Remaja (Memakai Baju Merah)
8. Sabuk Merah Pelatih Taruna (Memakai Baju Kuning)
9. Sabuk Hitam Pelatih Muda (Memakai Baju Putih)
Tempat latihan :
SMPN 15, SMP 19, SMPN 37, SMK Pembina, Sematang Borang, SDN 230, SDN 199, Iwari, SMPN 21, SMA PGRI 4, Alang-alang Lebar, dan GHP 3.
Sumber tulisan : https://plus.google.com/
Video :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar