Selasa, 11 Maret 2014

Jaga Budaya Jurus Beladiri, Pendekar Palembang Kumpul Bareng

SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Tradisi budaya ilmu beladiri asli Palembang, hingga kini masih terjaga dengan baik. Terutama jurus-jurus beladiri yang sudah ada pada jaman Keraton Palembang Sriwijaya. Terbukti ratusan pendekar silat yang tergabung dalam Perguruan Olahraga Pencak Silat Sriwijaya (Popsri) Palembang Sumsel, berkumpul di lapangan Balai Pertemuan samping Kantor Walikota Palembang, Minggu (9/3/2013).

Dari pantaun Sripoku.com, ratusan pendekar silat yang berasal dari semua kalangan umur dan lapisan masyarakat, saling unjuk gigi menampilan jurus-jurus beladiri asli Palembang. Jurus-jurus tangan kosong dan jurus-jurus yang menggunakan senjata khusus beladiri, ditampilkan para pendekar dengan baik melalui gerakan yang teratur dan lincah.

Seperti jurus Naga Saung yang menggunakan dua pedang tajam, ditampilkan pendekar R Arifin dan pendekar Tuti Karyati dengan baik yang membuat masyarakat Palembang yang hadir takjub dengan jurus-jurus yang ditampilkan. Jurus Naga Saung bukan sembarang jurus. Jurus asli dari jaman Keraton Palembang yang dulunya dikenal jurus Petir Menyambr Bumi ini, menggunakan dua pedang yang satu pedangnya memiliki bobot 1 kg.

Sehingga pendekar yang menguasai jurus Naga Saung, bukan sembarang pendekar silat. Begitu juga dengan jurus lainnya yang merupakan jurus beladiri khas Palembang yakni jurus Harimau Menyusi Anak atau jurus Sembilan yang ditampil dengan tangan kosong.

"Jurus Harimau Menyusui Anak itu ada 98 gerakan. Jurus ini membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk mengusasinya. Intinya kami dari pendekar Popsri, bukan hanya sekedar berolahraga beladiri diri, namun kami juga tetap menjaga budaya asli Palembang," ujar Kgs Azhari AK, selaku guru silat senior Popsri Palembang Sumsel.
Ketua Umum (Ketum) Popsri Palembang Sumsel Kemas H M Ali Zubir mengatakan, jurus-jurus yang dipelajari murni sebagai olahraga beladiri yang juga tergabung dalam IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia).

"Yang tergabung dalam Popsi memang disebut pendekar. Semua masyarakat dari semua umur bisa bergabung dengan Pospri untuk mempelajari budaya beladiri asli Palembang. Selama ini Popsri yang sudah berdiri sejak tahun 1970-an, selalu diundang pemerintah Palembang untuk tampil ke berbagai daerah di Indonesia sebagai langkah menjaga budaya khas Palembang," ujarnya.

Penulis: Welly Hadinata
Editor: Hendra Kusuma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar