Pencak Silat / Kuntau Palembang yang di dirikan oleh Ustad Kemas Andi Syarifudin yang sekaligus merupakan pengasuh majelis ratib samman yang rutin di laksanakan pada setiap malam Rabu di masjid Agung SMB II Palembang.
Ustad Kemas Andi Syarifudin sudah di kenal memiliki kemampuan ilmu agama dan pencak silat di mana pada postingan sebelumnya beliau memaparkan tentang sanad pencak silat yang beliau pelajari ( baca : Sanad Pencak Palembang ), dan dari akun FB beliau pula banyak admin banyak mendapatkan informasi seputar sejarah pencak, senjata dan lain sebagainya.
Adapun tempat latihan di halaman masjid Agung SMB II Palembang
==================================================================
Pencak Kraton Palembang: Alat Perjuangan Melawan Belanda, Redup dan Bangkit Akibat Politik Etis
Palembang, BP–SENI beladiri Pencak Kraton Palembang memiliki
sejarah dan perkembangan yang panjang. Dalam perjalanannya Pencak Keraton
Palembang menjadi alat perjuangan untuk melawan kolonial Belanda oleh para
penjuang dari Kesultanan Palembang Darussalam. Namun setelah Kesultanan
Palembang dihapuskan oleh pemerintah Kolonial Belanda.
Setelah itu kejayaan Pencak Kraton Palembang menjadi redup dan sempat dilarang diperagakan di muka umum oleh pemerintah Kolonial Belanda yang saat itu menguasai Palembang. Kejayaan Pencak Kraton Palembang kembali bangkit setelah Belanda menerapkan politik etis atau politik balas budi. Sayang hingga kini perkembangan Pencak Kraton belum signifikan dan hanya sebagai simbol budaya di kota Palembang yang dimunculkan di acara-acara tertentu saja.
Dalam catatan sejarah Politik etis atau politik balas budi adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.
Kegiatan di Masjid Ki Merogan |
Kraton Palembang tempo dulu
Munculnya kaum etis yang dipelopori oleh Pieter Brooshooft
(wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) ternyata
membuka mata pemerintah kolonial untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi
Dalam yang terbelakang.
Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta
menegaskan dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda
mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa
pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tersebut
ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias Van
deventer yang meliputi:
1. Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian.
2. Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.
3. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan.
Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan pemikiran dan tulisan-tulisan Van Deventer yang diterbitkan beberapa waktu sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal sebagai pencetus politik etis ini.
Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda
dengan membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi
dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk
dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.
Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat
berperan dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di
Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam
bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925), seorang Menteri Kebudayaan,
Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah
berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang
hampir merata di daerah-daerah.
Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi semacam pertukaran
mental antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung
politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi
sosial-budaya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar melepaskan diri dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah swadaya termasuk kebebasan untuk menampilkan seni bela diri Pencak Kraton Palembang dimuka umum.
Pencak Silat merupakan salah satu warisan budaya asli dari nenek
moyang kita, setiap daerah di tanah air sudah barang tentu memiliki beragam
seni beladiri tradisional ini. Termasuk di Palembang, baik sejak zaman Kedatuan
Sriwijaya hingga Kesultanan Palembang Darussalam.
Secara umum pencak silat sendiri merupakan sejumlah gerak gerik dan langkah budaya dengan gaya yang indah dan harmonis yang bertujuan sebagai pembelaan diri dan disertai dengan penyerangan pada lawan.
Sifatnya adalah secara ksatria menjaga kehormatan diri, keadilan
dan kebenaran, sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasul Saw. Sejatinya ilmu
pencak silat ini perlu sekali dipelajari oleh kaum wanita dan pria. Pada
intinya, pencak silat ini didalamnya mencakup 4 aspek, yaitu: olahraga, seni,
beladiri, dan kerohanian atau pembinaan mental spiritual.
Di Palembang terdapat dua aliran besar pencak silat, yaitu Pencak
Keraton dan Kuntau. Pencak Keraton adalah pencak asli Keraton Kesultanan
Palembang Darussalam yang hanya khusus dapat dipelajari oleh kalangan bangsawan
Palembang.
Sedangkan Kuntau boleh untuk umum, dipelajari oleh siapa saja, yg
merupakan seni beladiri warisan masa lampau.
Ustad Kemas Andi Syarifudin dan para Murid |
Dalam perkembangannya Kuntau mendapat pula pengaruh dari asing,
terutama dari Cina (Kuntau = ilmu pukulan) malahan Kuntau sudah ada sejak zaman
Kerajaan Sriwijaya.
Pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin mempunyai satu kebiasaan, yaitu menyelenggarakan perlombaan antar pemuda pemudi dari anggota keluarga beliau maupun kalangan masyarakat umum dalam berbagai bidang ketangkasan dan kecakapan.
Pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin mempunyai satu kebiasaan, yaitu menyelenggarakan perlombaan antar pemuda pemudi dari anggota keluarga beliau maupun kalangan masyarakat umum dalam berbagai bidang ketangkasan dan kecakapan.
Diantaranya adalah perlombaan ketangkasan dalam cabang-cabang kesenian, termasuk pencak silat, seni ukir, bidar, dan ketangkasan senjata lainnya. Sultan sangatlah kagum didalam kompetisi tersebut, karena itu Sultan berkenan memberikan hadiah kepada sang jawara yang berhasil dalam perlombaan tersebut gelar menurut kedudukan mereka dalam masyarakat, seperti gelar Tumenggung dan seterusnya sampai Pangeran, disertai bingkisan-bingkisan yg menarik.
Adapun para Guru Besar Pencak Silat di zaman Kesultanan Palembang
adalah antara lain Pangeran Ratu Purbaya Abubakar bin Sultan Muhammad Mansur,
Pangeran Mangkubumi Nembing Kapal, Puteri Ratu Emas Tumenggung Bagus Kuning
Pangluku, Ki Demang Kecek, Syekh Abdus Somad al-Palembani, Panglima Laskar
Jihad dengan Zikir Ratib Sammannya.
Dimasa kolonial, Pencak Keraton Palembang bernaung dalam wadah organisasi “Priyai Fonds” dan “Persatuan Priayi Palembang” dengan guru besarnya R. Abdul Hamid Ternate (w.1969).
Untuk senjata, masih mempergunakan peralatan senjata asli tradisional perguruan silat pd masa silam, yaitu Keris, Pedang, Piso Duo, Besi Cabang, Tombak berambu, Cangka Unak, Tombak Cagak, Tembung berantai, Tongkat, Kundur, Tameng, Kepalan Cengkeh, Tembung, Sampang basah, TAT 16 dan Lading.
Menurut salah satu guru Pencak Kraton, Kms H Andi Syarifuddin
mengatakan, Pencak Kraton Palembang memang budaya asli dari Palembang sejak
zaman Kesultanan Palembang Darussalam, maka Pencak Kraton Palembang ada ciri
khas berbeda dengan pencak silat biasa dan kuntaw.
“Sebelum zaman Pangeran Purbawa sudah ada Pencak Kraton Palembang tersebut tapi Pencak Kraton Palembang berkembang pesat zaman Purbawa,Sampai sekarang tari, gerakannya masih asli dan dipertahankan hingga sekarang dan tidak ditambah-tambah , tidak di modifikasi,” kata Andi, Minggu (27/8).
Untuk Pencak Kraton Palembang gerakannya menurut pengamat sejarah
kota Palembang ini, memiliki 9 gerakan tangan kosong dan ditambah
senjata-sejata seperti pisau dua, pedang , besi cabang, tombak, pisau ada 16
jenis senjata tradisional .
“Pencak Kraton Palembang ini sempat dilarang pemerintah kolonial
Palembang dimana jika berkumpul lima orang saja maka Belanda akan langsung
tangkap, kebijakan itu terjadi saat keruntuhan Kesultanan Palembang Darussalam,”
katanya.
Walaupun demikian, Pencak Kraton tetap di mainakn dan dilestarikan
namun tidak secara terang-terangan .
“Setelah awal abad 21 ada gerakan sumpah pemuda dan sebagainya dan
Belanda mengubah taktik untuk merangkul kaum pribumi dengan melakukan politik
balas budi dimana diberikan kesempatan salah satunya Pencak Keraton Palembang
bisa dimainkan di tempat umum,” katanya.
Selain itu Pencak Kraton masuk dalam Priyayi Pond (1929) setelah Sumpah Pemuda tahun 1928. Diakuinya, kalau Pencak Kraton Palembang zaman kesultanan Palembang Darussakan menjadi alat perlawanan kepada pemerintah Belanda termasuk dalam perang Palembang atau perang Menteng itu yang dimotori para suhada yang ahli bela diri terutama Pencak Kraton Palembang.
Kegiatan di BKB |
“ Jadi kalau bukan Palembang asli, tidak bisa mempelajari Pencak Kraton
Palembang ini, beda dengan Kuntau kalau Kuntau memang untuk seluruh kalangan,
kalau Pencak Kraton Palembang harus orang Palembang asli, paling tidak yang
bergelar, Raden, Masagus, Kemas, Kiagus yang bisa mempelajarinya, “ ujarnya.
Dia mengakui, kalau perkembangan Pencak Kraton Palembang tidak
berkembang pesat karena yang mempelajarinya harus orang Palembang asli.
“Karena seni bela diri Pencak Kraton Palembang ini membawa nama
Kraton jadi tidak bisa sembarang orang kecuali dia pencak silat sudah di
modifikasi dan di campur boleh diajarkan orang lain dan siapa saja, “ ujarnya.
Karena itu menurutnya, Pencak Kraton Palembang ini itidak
diperlombakan walaupun tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
tidak di lombakan di IPSI karena untuk menjaga tradisi yaitu budaya Palembang.
“ Pencak Kraton Palembang muncul saat pertunjukan-pertunjukkan saja
seperti menyambut tamu agung,” katanya.# Dudy Oskandar - http://beritapagi.co.id/
Kalau kuntaw itu kalau ngak salah asalnya cina
BalasHapusSaya ingin ikut kuntau ini kebetulan rumah saya di palembang
BalasHapus