Silat merupakan salah satu budaya asli bangsa ini yang tidak bisa
di pisahkan dalam kehidupan sehari-hari, di Jakarta di kenal dengan maen pukul,
di tanah sunda di kenal dengan maenpo nya, di Minangkabau di kenal dengan
besilek, dan di Sumatera bagian selatan sendiri di kenal dengan bekuntau atau
betanggem.
Era tahun 1990-an di Palembang beberapa perguruan pencak silat yang
ada saat itu menghilang dengan sendirinya di telan zaman, seperti perguruan
pencak silat Rajawali Sakti yang pernah saya lihat di kawasan Silaberanti Plaju
dengan seragam merah putih, atau perguruan silat kenari putih yang menggunakan
seragam kuning-kuning ataupun perguruan walet putih yang sempat menjadikan
halaman SMP 35 Palembang menjadi tempat latihan.
Banyak penyebab yang menjadikan timbul tenggelamnya suatu perguruan
silat tersebut antara lain :
1.
Mangkatnya guru
besar perguruan yang belum menyiapkan generasi penerus
2.
Berpindahnya yang
mengadakan kegiatan silat tersebut ke daerah lain.
3.
Perguruan tersebut
untuk kalangan khusus.
4.
Ataupun
alasan-alasan lainnya
Sehingga dengan adanya beberapa faktor diatas banyak menyebabkan
timbul tenggelamnya suatu perguruan silat, jika merujuk kepada http://www.silatindonesia.com/ mengenai kategori perguruan silat dan management perguruan silat
maka Perguruan Silat dikategorikan menjadi 3 yaitu :
· Tradisional -
perguruan tersebut dikelolah secara tradisional dan biasanya didanai sendiri
oleh sang guru atau anggotanya. Di Palembang setelah di lakukan penelusuran
banyak praktisi-praktisi pencak silat yang memiliki kemampuan yang di wariskan
dari leluhur mereka yang mayoritas pendatang dari luar, seperti yang di lihat
di kawasan 13 ilir banyak juga yang menguasai aliran silat beksi atau cimande,
dan di kawasan Nigata Plaju juga ada yang mengajarkan TTKKDH (Tjimande Tari
Kolot Kebon Djeruk Hilir) atapun Cimande Tari Kolot, atau di kawasan Dusun Sei
Kedukan Banyuasin mengklaim diri sebagai aliran golok saliwa.
Kebanyakan mereka ini juga mengajar di
lingkungan sekitarnya dengan seadanya, tanpa seragam yang formal, tanpa waktu
yang terikat dan tanpa banyak aturan atau regulasi yang membatasi. Karena di
maklumi ini juga di latari dari tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi dan
pekerjaan yang mereka lakoni banyak di sektor informal sehingga membuat mereka
“minder” untuk berorganisasi.
Perguruan silat semacam ini yang banyak
bubar, karena organisasi yang mereka belum memiliki aturan yang bisa
menggerakan organisasi.
· Semi tradisional -
perguruan sudah memiliki perangkat organisasi sederhana seperti ketua,
sekretaris, bendahara dan sie.2 bagian lainnya, untuk dana sudah mulai
dikelolah dengan baik, dana bisa diambil dari iuran atau mencari sponsor
ataupun usaha lainnya (contoh : menjual pernak-pernik silat) tetapi tidak
kehilangan sifat tradisionalnya seperti pengajaran dan pengawasan langsung oleh
guru dan nilai-nilai lainnya.
Di Palembang sendiri pada awal tahun
2000-an sendiri banyak bermunculan perguruan-perguruan baru yang di lahirkan
oleh para pemuda-pemuda di kota ini seperti contoh Perguruan pencak silat Jari
Sakti, Perguruan Pencak Silat Bintang Selatan dan Perguruan pencak silat Satria
mandiri yang sanggup mengukir prestasi di beberapa even kejuaraan lokal maupun
nasional.
Kebanyakan perguruan-perguruan silat di Palembang pada khususnya masih berkutat di perguruan semi tradisional ini, mereka sudah memiliki struktur, mereka sudah berorganisasi dan mereka sudah mempunyai jalur pendidikan yang jelas, tetapi kendala mereka pengembangan perguruan untuk membuka tempat latihan-latihan di tempat lain masih menjadi kendala bagi mereka, terkadang mereka sudah memiliki cabang di beberapa propinsi tetapi tidak terlalu berkembang karena terlalu berkiblat dengan pusat terutama masalah pendanaan.
· Modern (Profesional) - perguruan pada tingkat ini sudah mengikuti benar-benar sistem keorganisasian dan bertujuan mencari keuntungan, bisa di bilang perguruan-perguruan historis seperti Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Persaudaraan Setia Hati Terate, Klatnas Perisai Diri ataupun merpati putih merupakan sebagian dari perguruan silat yang ada di Indonesia yang merupakan organisasi yang solid di mana mereka juga sudah mengembangkan sayap perguruan mereka sampai ke manca negara.
Kebanyakan perguruan-perguruan silat di Palembang pada khususnya masih berkutat di perguruan semi tradisional ini, mereka sudah memiliki struktur, mereka sudah berorganisasi dan mereka sudah mempunyai jalur pendidikan yang jelas, tetapi kendala mereka pengembangan perguruan untuk membuka tempat latihan-latihan di tempat lain masih menjadi kendala bagi mereka, terkadang mereka sudah memiliki cabang di beberapa propinsi tetapi tidak terlalu berkembang karena terlalu berkiblat dengan pusat terutama masalah pendanaan.
· Modern (Profesional) - perguruan pada tingkat ini sudah mengikuti benar-benar sistem keorganisasian dan bertujuan mencari keuntungan, bisa di bilang perguruan-perguruan historis seperti Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Persaudaraan Setia Hati Terate, Klatnas Perisai Diri ataupun merpati putih merupakan sebagian dari perguruan silat yang ada di Indonesia yang merupakan organisasi yang solid di mana mereka juga sudah mengembangkan sayap perguruan mereka sampai ke manca negara.
Adapun tahap-tahap pembentukan management perguruan silat (sumber *)
1. Membuat AD/ART dapat
melalui musyawarah antara guru dan murid
2. Membuat Program
latihan dan jenjang/tingkat pelatihan dapat dibuat pertahun, perdua tahun atau
semaunya, paling tidak untuk awalnya adalah menyusun setiap tahapan latihan
misal dari teknik dasar kemudian jurus dan aplikasinya.
3. Membuat Susunan
organisasi bisa dibagi 2 yaitu bagian pengurus untuk mengatur organisasi dan
bagian untuk mengurus pelatihan tentu saja penempatan orangnya disesuaikan
dengan kemampuan.
4. Masalah pengawasan, dalam organisasi maupun pelatihan haruslah dipilih seorang atau beberapa orang
untuk mengawasi program yang telah dibuat karena pengawasan yang asal-asalan akan menjadikan bumerang bagi perguruan silat yang ada, salah satu contoh waktu mulai latihan jika di biarkan maka bisa-bisa latihan akan gagal di sini di tuntut ketegasan pelatih dan pengawas perguruan jangan sampai program yang ada di perguruan tidak jalan sama sekali.
5. Tetapkan masa
evaluasi program dapat berupa musyawarah atau berupa kenaikan tingkat.
6.
Masalah pendanaan -
jika sudah dibuat seperti organisasi tentulah seharusnya semua diatur dengan
baik seperti ketika mengadakan acara kegiatan diadakan laporan mengenai
kegiatan tersebut dan pasti untuk mengurus masalah ini kadang membutuhkan dana,
dana bisa didapat dari iuran yang disepakati bersama atau usaha lainnya.
7.
Jika perguruan sudah
memiliki 20 atau lebih anggota setara pelatih / dibawah guru dapat didaftarkan
ke IPSI.
8. Bisa juga di sahkan
di notaris dengan membentuk yayasan tetapi ini sebagai alternatif terakhir karena sedikit ribet dan dana yang di keluarkan tidak sedikit.
Di rangkum dari sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar