Sabtu, 19 November 2016

Manajemen Perguruan Silat di Palembang

Foto : Google.com

Silat merupakan salah satu budaya asli bangsa ini yang tidak bisa di pisahkan dalam kehidupan sehari-hari, di Jakarta di kenal dengan maen pukul, di tanah sunda di kenal dengan maenpo nya, di Minangkabau di kenal dengan besilek, dan di Sumatera bagian selatan sendiri di kenal dengan bekuntau atau betanggem.

Era tahun 1990-an di Palembang beberapa perguruan pencak silat yang ada saat itu menghilang dengan sendirinya di telan zaman, seperti perguruan pencak silat Rajawali Sakti yang pernah saya lihat di kawasan Silaberanti Plaju dengan seragam merah putih, atau perguruan silat kenari putih yang menggunakan seragam kuning-kuning ataupun perguruan walet putih yang sempat menjadikan halaman SMP 35 Palembang menjadi tempat latihan.

Banyak penyebab yang menjadikan timbul tenggelamnya suatu perguruan silat tersebut antara lain :
1.    Mangkatnya guru besar perguruan yang belum menyiapkan generasi penerus
2.    Berpindahnya yang mengadakan kegiatan silat tersebut ke daerah lain.
3.    Perguruan tersebut untuk kalangan khusus.
4.    Ataupun alasan-alasan lainnya

Sehingga dengan adanya beberapa faktor diatas banyak menyebabkan timbul tenggelamnya suatu perguruan silat, jika merujuk kepada http://www.silatindonesia.com/ mengenai kategori perguruan silat dan management perguruan silat maka Perguruan Silat dikategorikan menjadi 3 yaitu :

·     Tradisional - perguruan tersebut dikelolah secara tradisional dan biasanya didanai sendiri oleh sang guru atau anggotanya. Di Palembang setelah di lakukan penelusuran banyak praktisi-praktisi pencak silat yang memiliki kemampuan yang di wariskan dari leluhur mereka yang mayoritas pendatang dari luar, seperti yang di lihat di kawasan 13 ilir banyak juga yang menguasai aliran silat beksi atau cimande, dan di kawasan Nigata Plaju juga ada yang mengajarkan TTKKDH (Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir) atapun Cimande Tari Kolot, atau di kawasan Dusun Sei Kedukan Banyuasin mengklaim diri sebagai aliran golok saliwa.

Kebanyakan mereka ini juga mengajar di lingkungan sekitarnya dengan seadanya, tanpa seragam yang formal, tanpa waktu yang terikat dan tanpa banyak aturan atau regulasi yang membatasi. Karena di maklumi ini juga di latari dari tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi dan pekerjaan yang mereka lakoni banyak di sektor informal sehingga membuat mereka “minder” untuk berorganisasi.

Perguruan silat semacam ini yang banyak bubar, karena organisasi yang mereka belum memiliki aturan yang bisa menggerakan organisasi.

·   Semi tradisional - perguruan sudah memiliki perangkat organisasi sederhana seperti ketua, sekretaris, bendahara dan sie.2 bagian lainnya, untuk dana sudah mulai dikelolah dengan baik, dana bisa diambil dari iuran atau mencari sponsor ataupun usaha lainnya (contoh : menjual pernak-pernik silat) tetapi tidak kehilangan sifat tradisionalnya seperti pengajaran dan pengawasan langsung oleh guru dan nilai-nilai lainnya.

Di Palembang sendiri pada awal tahun 2000-an sendiri banyak bermunculan perguruan-perguruan baru yang di lahirkan oleh para pemuda-pemuda di kota ini seperti contoh Perguruan pencak silat Jari Sakti, Perguruan Pencak Silat Bintang Selatan dan Perguruan pencak silat Satria mandiri yang sanggup mengukir prestasi di beberapa even kejuaraan lokal maupun nasional.

Kebanyakan perguruan-perguruan silat di Palembang pada khususnya masih berkutat di perguruan semi tradisional ini, mereka sudah memiliki struktur, mereka sudah berorganisasi dan mereka sudah mempunyai jalur pendidikan yang jelas, tetapi kendala mereka pengembangan perguruan untuk membuka tempat latihan-latihan di tempat lain masih menjadi kendala bagi mereka, terkadang mereka sudah memiliki cabang di beberapa propinsi tetapi tidak terlalu berkembang karena terlalu berkiblat dengan pusat terutama masalah pendanaan.

·  Modern (Profesional) - perguruan pada tingkat ini sudah mengikuti benar-benar sistem keorganisasian dan bertujuan mencari keuntungan, bisa di bilang perguruan-perguruan historis seperti Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Persaudaraan Setia Hati Terate, Klatnas Perisai Diri ataupun merpati putih merupakan sebagian dari perguruan silat yang ada di Indonesia yang merupakan organisasi yang solid di mana mereka juga sudah mengembangkan sayap perguruan mereka sampai ke manca negara.

Adapun tahap-tahap pembentukan management perguruan silat (sumber *)

1.     Membuat AD/ART dapat melalui musyawarah antara guru dan murid
2.     Membuat Program latihan dan jenjang/tingkat pelatihan dapat dibuat pertahun, perdua tahun atau semaunya, paling tidak untuk awalnya adalah menyusun setiap tahapan latihan misal dari teknik dasar kemudian jurus dan aplikasinya.
3.  Membuat Susunan organisasi bisa dibagi 2 yaitu bagian pengurus untuk mengatur organisasi dan bagian untuk mengurus pelatihan tentu saja penempatan orangnya disesuaikan dengan kemampuan.
4.  Masalah pengawasan, dalam organisasi maupun pelatihan haruslah dipilih seorang atau beberapa orang untuk mengawasi program yang telah dibuat karena pengawasan yang asal-asalan akan menjadikan bumerang bagi perguruan silat yang ada, salah satu contoh waktu mulai latihan jika di biarkan maka bisa-bisa latihan akan gagal di sini di tuntut ketegasan pelatih dan pengawas perguruan jangan sampai program yang ada di perguruan tidak jalan sama sekali.
5. Tetapkan masa evaluasi program dapat berupa musyawarah atau berupa kenaikan tingkat.
6.    Masalah pendanaan - jika sudah dibuat seperti organisasi tentulah seharusnya semua diatur dengan baik seperti ketika mengadakan acara kegiatan diadakan laporan mengenai kegiatan tersebut dan pasti untuk mengurus masalah ini kadang membutuhkan dana, dana bisa didapat dari iuran yang disepakati bersama atau usaha lainnya.
7.    Jika perguruan sudah memiliki 20 atau lebih anggota setara pelatih / dibawah guru dapat didaftarkan ke IPSI. 
8.   Bisa juga di sahkan di notaris dengan membentuk yayasan tetapi ini sebagai alternatif terakhir karena sedikit ribet dan dana yang di keluarkan tidak sedikit.

Di rangkum dari sumber :
                           Wawancara langsung dengan beberapa praktisi silat di Palembang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar