Keris Palembang milik Sultan Iskandar Mahmmud Badaruddin III Foto : https://www.facebook.com/andi.s.kemas |
Dari data sejarah Indonesia, dapat
diketahui bahwa Palembang merupakan daerah Sumatra pertama yang menerima
penyebaran budaya keris dari Pulau Jawa, selain Jambi. Ekspedisi Pamalayu yang
dilancarkan ke daerah itu atas perintah Sri Kartanegara, Raja Singasari pada
tahun 1275 diduga merupakan awal pertama pengenalan budaya keris Jawa di
Sumatra. Jadi pada awal abad ke-13 keris telah mulai membudaya di beberapa
daerah di Sumatra.
Perkembangan dunia keris di Palembang
mencapai puncaknya pada zaman pemerintahan Sultan Candilawang (1662 – 1706).
Pada masa itu penyebaran keris Palembang meluas sampai ke Kalimantan, Sarawak,
dan Semenanjung Malaya.
Masa produktif para empu Palembang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Kamaruddin yang naik tahta tahun 1715 dan Sultan Jayawikrama pada tahun 1722, dan mencapai puncak keemasannya pada abad 19. Perdagangan yang ramai di pelabuhan Palembang menjadi salah satu dorongan meluasnya pemasaran keris-keris Palembang (Source : Ensiklopedi Keris – Bambang Harsrinuksmo – 332).
Masa produktif para empu Palembang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Kamaruddin yang naik tahta tahun 1715 dan Sultan Jayawikrama pada tahun 1722, dan mencapai puncak keemasannya pada abad 19. Perdagangan yang ramai di pelabuhan Palembang menjadi salah satu dorongan meluasnya pemasaran keris-keris Palembang (Source : Ensiklopedi Keris – Bambang Harsrinuksmo – 332).
Di Palembang Keris ini diakulturasi
dengan budaya melayu akhirnya jadilah Keris Palembang, Keris Palembang dan
Keris Jawa ada yang membedakan yaitu pada Luk ( belokan atau lurus keris) ,
Warangka berbeda, Gagangnya Keris Palembang seperti kepala burung, selain itu
tangkainya seperti perahu seperti perahu ini maknanya Palembang itu adalah
negara maritim.
Sejak dahulu Keris Palembang di Zaman
Kesultanan Palembang Darusalam merupakan simbol kebesaran bagi Sultan, Keluarga
Sultan dan bisa di jadikan alat mempertahankan diri. Keris Palembang ini hilang
setelah Kesultanan Palembang Darusalam dihapuskan pemerintah kolonial Belanda
sejak tahun 1905 secara berangsur-angsur unsur keris tersebut sehingga Sejak saat
itu simbol-simbol Kesultanan tidak diakui masyarakat lagi, dan mulai hilang,
akhirnya Keris Palembang berangsur-angsur hilang , tapi bukan berarti
hilang sama sekali , masih ada dipegang sejumlah keluarga Sultan.
Selain itu kenapa Keris Palembang tidak
muncul lagi karena tidak ada pandai besinya atau empunya, kalau di Jawa masih
terus berlangsung walaupun jumlahnya sedikit tapi terus, kalau di Palembang
tidak ada lagi. Apalagi untuk membuat Keris oleh pandai besi atau mpu harus ada
syaratnya seperti harus berpuasa dulu. Kecuali senjata lain Palembang seperti
Kuduk, Siwar masih ada pembuatnya salah satunya di Lahat.
Zaman dulu Keris Palembang itu memiliki
aura magis, kalau sekarang tergantung Kerisnya , ada yang “berisi” ada yang
tidak, kalau orang ada indera ke enam bisa melihat penghuni Keris
Palembang , kalau kita tidak bisa merasakan aura magisnya dan budaya Keris tumbuh
awalnya dari tradisi Agama Hindu namun ketika Islam masuk di Indonesia terjadi
akulturasi budaya termasuk Keris. Ini di tandai dengan motip keris dulu waktu
zaman hindu seperti hewan, manusia saat Islam masuk di hilangkan menjadi motip
tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
Di rangkum dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar