Jaman Kerajaan-Kerajaan Hindu dan Budha
Pada jaman kerajaan beladiri sudah di
kenal untuk keamanan serta untuk memperluas wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan
yang lainnya. Pada jaman ini kerajaan yang mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka
mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas. Prajurit yang mempunyai ilmu beladiri
tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi pula ( patih ).
Di Indonesia banyak sekali
kerajaan-kerajaan yang berazaskan Hindu dan Budha seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara,
Mataram, Kediri, dan Singasari dan yang cukup terkenal adalah kerajaan Singosari dan
Kerajaan Majapahit. Berkembangnya kedua kerajaan tersebut karena didukung oleh pemerintah
yang stabil dan mempunyai pasukan yang kuat dengan armada laut yang tangguh untuk
menjaga keamanan di dalam negeri maupun dari serangan luar negeri. Bahkan
dua Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit keduanya mempunyai pasukan kuat beserta armada
lautnya sehingga terkenal sampai keluar wilayah nusantara. Bahkan pada tahun 671 I-Tsing
seorang penulis dari Cina menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya (Palembang)
mengembangkan wilayahnya sampai ke Melayu. Berarti antara tahun 671-691 ditaklukannya Malayu
oleh Sriwijaya ini dihubungkan dengan ekspedisi militer dari Sriwijaya sebanyak
20.000 orang yang dinyatakan dalam prastati Kedukan Bukit tahun 683.
Kejayaan kerajaan Sriwijaya dibuktikan
dengan tinggalnya I-Tsing bersama empat orang Cina sejak tahun 685-695 untuk
menterjemahkan naskah ajaran Budha dari bahasa Sansekerta, selain itu tujuh guru agama
Budha terkenal diantaranya Syakyakirti tinggal di Sriwijaya. Ini membuktikan tingginya
kebudayaan Indonesia terutama dibidang sastra dan rohaniah serta adanya interaksi
kebudayaan anlara bangsa-bangsa, dan bukan mustahil mereka belajar ilmu silatnya untuk di
bawa ke Tiongkok.
Dapat disimpulkan bahwa semua jenis
beladiri di Asia itu bersumber di daratan Asia Selatan terutama di pusat-pusat agama
Hindu dan Budha karena Silut berazaskan agama sedangkan Pencaknya atas gerak dasarnya
banyak mengambil cara beladiri dari binatang. Benarkah pencak silat berasal dari
Tiongkok? Jawabnya pencak silat adalah asli dari budaya bangsa Indonesia. Hal ini dapat
dibuktikan sebagai berikut:
- Di dalam sejarah Indonesia belum pernah disebutkan bahwa kerajaan-kerajaan besar di nusantara itu takluk atau mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok.
- Kerajaan-kerajaan lainnya semua di bawah kekuasaan kaisan Mongol dari Tiongkok bernama Jenghis Khan dan Kubhilai Khan.
- Tahun 1293 Kubhilai Khan mengirim laskarnya ke Tuban untuk menghukum raja Kartanegara yang telah memotong telinga utusannya bernama Mong-Ki. Namun dengan bantuan Raden Wrjaya laskar Tartar lari tunggang langgang ke kapal menuju sungai Brantas.kembali ke Tiongkok.
- Dengan hanya menggunakan peralatan sederhana (senjata tajam, dan panah) belum ada senjata api, maka teknik beladiri tangan kosong drantara pencak/silat yang digunakan untuk mengusir lawan. Dan sejak itu Tiongkok tidak pernah lagi menaklukkan Indonesia.
Jaman Kerajaan Islam
sehingga para pedagang dan
saudagar dari negara-negarc Arab, Cina, serta Asia Timur
banyak berdatangan di
Indonesia. Pada abad ke-7 islam telah
masuk ke Cina dengan lintas laut Arab ,Cina dan Indonesia, pedagang
Mekah sebelum ke Cina singgah dulu di Sumatera sambil berdagang dan menyebarkan agama
islam. Mereka selain berdagang juga pertukaran kebudayaan sehingga
memungkinkan pencak silat sebagai budaya bangsa kita dibawa ke luar negeri.
Perkembangan perdagangan dan
pelayaran internasional ini sudah dilakukan sejak kerajaan islam yang dipimpin oleh Banu
Umayah, dengan Asia Timur pada Dinasti Tang dari Cina. Bahkan pada jaman
kerajaan Sriwijaya wilayah perdagangannya selain di negara-negara
Asia Tenggara sampai ke Asia Timur.
Setelah menurunnya kekuasaan
kerajaan Sriwijaya pada abad 7-12, maka mulai abad l3 muncullah kerajaan islam
Samudra Pasai. Samudra Pasai mencapai puncaknya sampai ke Malaka (abad 16),
setelah runtuhnya Majapahit akibat perebutan kekuasaan. Pada jaman kerajaan Kahuripan
yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari Sidoarjo (tahun 1019-1041), sudah
mengenal ilmu beladiri pencak silat dengan nama 6(Eh Hok
Hik', yang artinya "Maju Selangkah
Memukul". Prabu Erlangga ini merupakan pendekar
ulung yang mempunyai ilmu beladiri pencak silat
yang tinggi. Sehingga raja, bangsawan, kesatria, prajurit pada waktu itu wajib
belajar beladiri. Oleh karena itu semakin tinggi ilmu
beladiri yang dimiliki seseorang, maka semakin
tinggi pula kedudukannya.
Beberapa deretan pendekar dan
pahlawan yang mahir pencak silat adalah; Patih Gajah Mada, Para Wali Songo (Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan
Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati). Adapun para raja yang tangguh antara
lain ; Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Cik Ditiro, Teuku Umar, dan
Imam Bonjol. Sedang pendekar wanitanya adalah ; Sabai Nan Putih, dan Cut Nyak Din.
Jaman Penjajahan
Pada jaman penjajahan pencak silat
dipelajari oleh punggawa kerajaan, kesultanan,
dan para pejuang untuk menghadapi penjajah. Jaman penjajahan di bagi menjadi
dua yaitu: jaman penjajahan Belanda, dan jaman penjajahan Jepang
Jaman penjajahan Belanda
Pada jaman penjajahan
Belanda pencak silat diajarkan secara rahasia dan sembunyi-sembunyi, karena
takut diketahui oleh penjajah. Pendidikan pencak silat hanya boleh diberikan kepada kalangan tertentu
yaitu: Sekolah Pendidikan Pegawai Pemerintah, Sekolah Polisi, dan Pegawai Sipil tertentu.
Kaum penjajah khawatir bila kemahiran pencak silat tersebut akhimya digunakan
untuk melawan mereka. Kekhawatiran itu memang beralasan, karena
hampir semua pahlawan bangsa seperti: Cik Ditiro, Imam Bonjol, Fatahillah, Pangeran
Diponegoro, dan lain-lain adalah Pendekar Silat. Para pendekar biasanya mengajar 2-3
orang murid selama 3-6 tahun dengan usia rata-rata di atas 60 tahun. Oleh karena itu banyak
perguruan-perguruan pencak silat yang tumbuh tanpa diketahui oleh penjajah, bahkan
sebagian menjadi perkumpulan rahasia. Pencak silat juga dipelajari
oleh banyak kaum pergerakan politik termasuk beberapa organisasi kepanduan nasional.
Dengan diam-diam perguruan pencak
silat berhasil memupuk kekuatan yang siap untuk melawan penjajah
sewaktu-waktu. Bagi kaum pergerakan yang ditangkap oleh
penjajah dan di buang secara diam-diam, meteka menyebarkan
beladiri pencak silat di tempat pembuangan. Namun penjajah Belanda
mempunyai politik yang ampuh dalam memecah belah antar suku bangsa atau
aliran pencak silat(devide et impera).
Jaman Penjajahan Jepang
Pada penjajahan Jepang pencak silat
dibebaskan untuk berkembang, namun di
balik itu dimanfaatkan demi
kepentingan Jepang untuk menghadapi sekutu.
Bahkan
anjuran Shimitzu diadakan pemusatan tenaga
aliran pencak silat di seluruh Jawa secara
serentak yang diatur oleh
pemerintah di Jakarta. Namun pada waktu itu tidak disetujui
diciptakannya pencak silat
olahraga yang diusulkan oleh para pembina pencak silat untuk
senam pagi di sekolah-sekolah. Hal ini di
sebabkan akan menyaingi senam Taysho
Jepang yang dipakai senam setiap
pagi hari.
Jaman Kemerdekaan
Sebelum Indonesia merdeka pencak silat
ikut andil dalam perjuangan bangsa dalam melawan penjajah baik
Belanda maupun penjajah Jepang. Hal ini dibuktikan pada
masa penjajahan sudah banyak bermunculan nama-nama
perguruarV aliran pencak silat yang bertujuan untuk membekali pejuang dalam
melawan penjajah.
Kemahiran ilmu beladiri pencak
silat ini terus dipupuk guna melawan penjajah secara gerilya
pada jaman kemerdekaan. Perguruan-perguruan pencak
silat pada waktu itu sibuk untuk menggembleng tentara dan
rakyat, disamping itu
pesantren-pesantren, gereja-gereja, dan tempat-tempat ibadah
selain untuk beribadah juga digunakan untuk latihan beladiri
pencak silat. Sebagai contoh perang fisik bulan Nopember tahun 1945
di Surabaya dalam melawan sekutu, banyak
menampilkan pejuang yang gagah perwira dari Pondok Pesantren
Tebu Ireng, Gontor, dan Jamsaren.
Dari hasil yang diperoleh para
pemimpin bangsa dan para pendekar pada waktu itu menyadari bahwa
pelajaran pencak silat berhasil memupuk semangat juang dan
menggalang persaudaraan yang erat. Oleh karena itu
setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945 dimana Belanda melancarkan lagi
agresinya dua kali, maka pencak silat dimanfaatkan lagi
secara maksimal guna menghadapi serangan Belanda.
Pada masa pemberontakan politik
PKI Madiun, dan Darul Islam atau DI/ TII, kemahiran beladiri pencak
silat digunakan lagi dengan strstegi Pagar Betis, yaitu pengepungan pemberontak oleh
para tentara bersama rakyat yang telah dibekali ilmu beladiri
Sumber : https://id.wikipedia.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar